IKTIBA ( MENGIKUTI ) AKHLAK YANG DICONTOHKAN OLEH RASULULLAH, SAHABAT, TABI'IN DAN TABI'UT TABI'IN
MEMBIMBING DAN MENGAJAK KEPADA PEMAHAMAN SHALAFUS SHALEH
MURNIKAN TAUHID DAN TEGAKKAN DAKWAH

Senin, 10 Mei 2010


Bismillahirrahmaanirraahiim

SHALAFUSH SHALEH

Pengertian Shalafush shaleh

Saudara saudaraku seiman !!! ketahuilah
Mungkin kita jarang bahkan tidak pernah mendengar istilah shalafush shaleh. Karena begitu jarang disebut dan diungkap dalam buku-buku agama dan istilah shalafus shaleh tersebut tidak penting untuk dibahas, padahal jika kita pelajari lebih dalam maka shalafush shaleh itu adalah pedoman awal yang sangat penting bagi kita dalam menjalankan agama ini secara Kaffah.

Adapun maksud dan pengertian shalafush shaleh adalah Tiga generasi awal Islam pilihan yang hidup pada masa Rasulullah dan beberapa masa sesudahnya.
Generasi tersebut adalah :
1. Generasi sahabat Rasulullah,
2. Generasi Tabi’in ( generasi setingkat anak-anak sahabat ).
3. Generasi Tabi’ut Tabi’in ( generasi setingkat cucu sahabat )

Dalam Al-Quran Allah ta’ala telah menjelaskan bahwa generasi shalafus telah dijamin untuk memasuki Surga karena cara beragamanya sama dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, ini juga berlaku bagi umat yang berada sesudah generesi tersebut yang secara total mengikuti dan beragama sama dengan apa yang telah dicontohkan oleh generasi tersebut.

Sebagaimana dijelaskan dalam Surat At-Taubah ayat 100.
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.

Ini juga dijelaskan dalam sebuah hadits yang bunyinya :
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelah mereka kemudian generasi setelah mereka, kemudian datang suatu kaum yang kesaksiannya mendahului sumpahnya. Dan sumpahnya mendahului kesaksiannya” (HR Bukhari/Muslim)

Saudaraku Seiman dan Seaqidah
Mungkin akan timbul pertanyaan dikepala kita “Bagaimana kita menjalani agama Islam ini sesuai dengan yang di ajarkan ulama Shalaf itu ?.
Dalam menjalankan agama ini tentu ada metode yang bisa dipercayai dan tidak akan menyelisihi seperti apa yang telah diajarkan Rasulullah. Metode tersebut lebih dikenal dengan istilah MANHAJ SHALAF
Adapun pengertian Manhaj Shalaf Adalah manhaj yang berpedoman kepada pemahaman yang telah ditempuh oleh Rasul saw dan Sahabatnya serta generasi Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta termasuk ulama yang mengikuti mereka.
Berarti kita hanya dibolehkan untuk mengikuti pemahaman yang telah dicontohkan oleh 3 generasi tersebut dan selain dari pada itu maka pemahaman agama ( segala hal yang berhubungan dengan agama) tersebut perlu dipertanyakan kembali apakah benar dan sesuai dengan yang telah diajarkan Rasulullah atau tidak. Orang-orang yang mengikuti dan berpedoman dengan manhaj shalaf inilah yang disebut dengan Ahlusunnah.

Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala
Disaat sekarang ini begitu banyak kita dengar dan kita lihat golongan dan kelompok yang mengatasnamakan Islam dan mengaku paling benar sedangkan yang lainnya tidak benar, namun perlu kita pertanyaan lagi apakah kelompok itu memahami dan menjalani agama ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah atau tidak ???. dengan banyak kelompok dan golongan Islam ini maka memberikan keraguan dan kebingungan kepada kita mana yang benar.
Kunci untuk mengetahui benar dan tidaknya suatu kelompok dan ajaran agamanya adalah
1. Apakah Berdasarkan sumber yang Haq yaitu Alquran dan Sunnah ?
2. Apakah yang diajarkan ada contohnya dari Rasulullah ?
3. Apakah contoh tersebut ada dalilnya yang shahih ?
4. Tidak menggunakan akal semata (Ro’yu) dalam memahami Ayat Allah.

Rasulullah telah mengingatkan kepada kita bahwa Umat islam akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 golongan yang masuk sorga, dan siapakah yang termasuk kedalam satu golongan itu?. Yang termasuk kedalam satu golongan itu adalah yang berada diatas manhaj Rasul dan para sahabatnya dan mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasul dan sahabatnya serta tidak menyelisihinya.

Ada 5 hal pokok yang diatur oleh Agama ini dan kita harus mengikuti seperti yang telah dicontohkan Rasulullah dan shalafus shaleh
1. Masalah Aqidah (keyakinan, kepercayaan, iman, dsb)
2. Masalah Ibadah (Shalat, Puasa, Pengajian, dsb)
3. Masalah Syari’ah (hukum, undang-undang, norma)
4. Masalah Muamalah (hubungan manusia dengan manusia)
5. Masalah Akhlak ( adab, perilaku, etika, budi pekerti)

Wahai saudara-saudaraku, perlu juga kita ketahui !
Beberapa permasalahan dalam masyarakat dimana mereka beragama tidak seperti yang telah diajarkan Rasulullah saw, tapi malah mengikuti nenek moyang dan orang banyak. Sementara Allah dan Rasul sendiri telah mengingatkan kepada kita agar tidak mengikuti mereka-mereka itu.

1. Allah dan Rasul melarang kita beragama dengan cara mengikuti nenek moyang
Surat Al Baqarah ayat 170.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

Surat Al- Maidah ayat 104.
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.

Sangat jelas dan terang sekali Allah dan Rasul telah melarang kita untuk mengikuti agama berdasarkan apa yang diajarkan oleh nenek moyang, sementara kita semua tahu Islam ini diturunkan oleh Allah, Alquran dan Sunnah adalah petunjuk dan panduannya, namun kenapa juga kita harus mengikuti nenek moyang, kenapa kita harus patuh kepada nenek moyang, kenapa kita harus tunduk terhadap aturan nenek moyang, sementara nenek moyang itu sumbernya tidak jelas dan tidak seperti yang diajarkan oleh Rasul dan para sahabat.
Maka dari itu berhati-hatilah kita dalam menerima ajaran agama ini apalagi yang bersumber dari nenek moyang, sementara apa yang diajarkan nenek moyang tidak jelas dan tidak pasti sumbernya ilmunya.

2. Allah dan Rasul melarang kita beragama dengan mengikuti orang banyak.

Selain dari pada bersumber pada nenek moyang, Allah juga melarang kita untuk beragama dengan cara tidak mengambil orang banyak sebagai patokan dan rujukan. Ada sebagian yang berkata “ Kita kan cuma ikut orang banyak, apa salahnya”, sementara Rasul telah mengingatkan diantara 73 cuma 1 yang benar, apakah kita mau ikut yang 72 atau mengikuti yang 1 ???? .

Peringatan ini dijelaskan dalam Surat Al-An’am ayat 116.
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

wahai saudara-saudara muslimin
Janganlah kita mengada-ada dalam hal beragama apalagi sampai menyelisihi yang telah diajarkan Rasulullah
Sedemikian jelas Allah dan Rasul memberikan cara dalam beragama ini agar selalu berada dijalan yang benar dan lurus serta tidak berada kedalam kesesatan dan penyimpangan yang diada-adakan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda
Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka. (HR. Muslim).
Dalam hadits lainnya
Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak. (HR. Bukhari)

Mari kita semua mulai memperbaiki diri dalam menempuh jalan agama ini secara kaffah agar terhindar dari sesuatu yang sesat dan menyesatkan serta membawa kita kedalam hal yang bathil…

PENTING SEBAGAI PEDOMAN
APAPUN KELOMPOK DAN GOLONGANNYA APABILA BERPEDOMAN KEPADA ALQURAN DAN SUNNAH SERTA MENGIKUTI YANG TELAH DICONTOHKAN RASULULLAH SAW MAKA MEREKA INI TERGOLONG AHLUSSUNAH (PENGIKUT SHALAF),

NAMUN JIKA ADA KELOMPOK YANG MENGAKU PENGIKUT SHALAF DAN AHLUSSUNNAH TAPI AKHLAK DAN PEMAHAMAN AGAMANYA TIDAK SESUAI DENGAN ALQURAN DAN SUNNAH SERTA YANG DICONTOHKAN RASULULLAH SAW MAKA MEREKA INI BUKANLAH PENGIKUT SHALAF ATAU AHLUSSUNNAH

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
“Setiap umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang engan,” Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulallah, siapakah orang yang Enggan itu?’ Rasulullah menjawab, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk Surga dan barangsiapa yang mendurhakaiku dialah yang Enggan”. (HR.Bukhari dalam kitab al-I’tisham) (Hadits no. 6851).

Ya Allah Ya Rabb, Tetapkan kami selalu dalam petunjukMu yang lurus
Ya Allah Ya Rabb, Jangan Engkau sesatkan kami setelah Engkau berikan Ilmu kepada kami….amin, amin, amin Ya Rabbal Alamin

Muallif : Ali W

Kamis, 06 Mei 2010

70 DOSA-DOSA BESAR


70 DOSA-DOSA BESAR
MENURUT ALQURAN DAN SUNNAH

Secara kwalitas maupun kwantitas tidak kita dapatkan pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh manusia di sepanjang masa yang lebih parah dari zaman ini, bahkan dosa-dosa besar sudah menjadi aktivitas rutin mereka seharí-hari. Diantara mereka yang berbuat ada yang tidak mengerti hukum dan akibatnya, dan ada pula yang telah mengerti namun meremehkannya, padahal jelas bahwa semua dosa besar merupakan penyebab siksa dan ancaman di akhirat yang tak seorangpun mengetahui kedahsyatannya kecuali Allah Swt.


1. Syirik ( mempersekutukan Allah)
2. Membunuh
3. Sihir
4. Meninggalkan sholat
5. Tidak membayar zakat
6. Berbuka di siang hari pada Bulan Ramadhan tanpa udzur
7. Meningglakan Hají padahal mampu
8. Mendurhakai orang tua
9. Memutuskan hubungan kerabat
10.Zinah
11.Liwath (homoseks)
12.Riba
13.Memakan harta anak yatim dan mendzaliminya
14.Berbuat dusta terhadap Allah dan Rasulullah
15.Melarikan diri dari medan perang
16.Pemimpin penipu dan menganiaya rakyat
17.Sombong dan yang sejenisnya
18.Kesaksian palsu
19.Minumman-minuman keras
20.Berjudi
21.Menuduh wanita Mukminah berbuat zinah
22.Ghulul terhadap harta Ghanimah, Baiutl Mal, dan Zakat
23.Mencuri
24.Menyamun
25.Sumpah palsu
26.Berbuat aniaya
27.Memungut cukai
28.Memakan barang haram
29.Bunuh diri
30.Banyak berdusta
31.Hakim yang jahat
32.Menerima suap
33.Perempuan menyerupai laki-laki dan sebaliknya
34.Lelaki yang membiarkan istrinya berbuat serong ( Dayyuts)
35.Muhallil dan Muhallil Lahu
36.Tidak menjaga diri dengan seksama terhadap air seni
37.Riya
38.Menuntut ilmu untuk dunia dan menyembunyikan ilmu
39.Khianat
40.Mengungkit-ungkit pemberian
41.Mendustakan takdir
42.Menguping rahasia orang lain
43.Namimah (mengadu domba)
44.Banyak melaknat
45.Menipu dan mengingkari janji
46.Membenarkan dukun dan tukang ramal
47.Durhaka kepada suami
48.Menggambar dan melukis
49.Memukul wajah, menjerit-jerit, merobek-robek baju, menggunduli kepala, dan bersumpah serapah dikala mengalami musibah
50.Bertindak melampaui batas
51.Bertindak semena-mena terhadap orang yang lemah, budak, istri, dan binatang
52.Menyakiti tetangga
53.Menyakiti orang-orang Islam dan mencela mereka
54.Menyakiti hamba Allah dan bertindak Lalim terhadap mereka
55.Isbal (menjulurkan kain dibawah mata kaki dengan sombong)
56.Memakai kain sutera dan emas bagi kaum lelaki
57.Budak yang melarikan diri dari tuannya
58.Menyembelih karena selain Allah
59.Menashabkan diri kepada selain bapaknya sendiri
60.Berdebat dan bersengketa
61.Menahan kelebihan air dari orang yang memerlukan
62.Mengurangi timbangan dan ukuran
63.Merasa aman dari Makar Allah
64.Berputus asa dari Rahmat Allah
65.Meninggalkan sholat jama’ah lalu mengerjakan sendirian tanpa udzur
66.Terus menerus meninggalkan sholat jum’at dan sholat jama’ah tanpa halangan
67.Mendatangkan kerugian dalam wasiat
68.Makar dan tipu daya
69.Memata-matai orang Islam dan membeberkan rahasia mereka
70.Mencela salah seorang sahabat nabi

Diambil dari Buku Dosa-Dosa Besar (Al-Kabair) oleh Imam Adz-Dzahabi